PUISI Hadi Sastra




Tanah Air Daun

ini kali kaulantunkan laras balada berbalut romansa. kisah kembara
denting dawaidawai melankolis. liriklirik nirwana hati
sejumput cita pancaran jiwa dalam lukisan apik potret diri lewat untaian analogi

kau sehelai daun dari recup di antara recup pada seutas ranting kerontang sebatang
cabang keropos seonggok pohon lapuk di tanah tandus hamparan sabana gersang
alunan laras kisahmu panjang mendayu menembus dada
sedetak detik begitu bermakna dalam relung waktu
sayatan dan lukaluka memasung realitas
tapi secercah caya menyusup bilik stomata betapa kuat gelorakan asa
demi tumbuh dan terus tumbuh seirama jaman

waktu terus merangkak. pangkas kisah, kau menjelma daun matang
terhempas angin meliukliuk jauhkan jarak dari onggok pohon yang kian lapuk
dari tanah yang kian tandus hamparan sabana kian gersang
dalam liukanliukan sejuta arah itu kau tuai beragam corak warna hidup
sekejap mengawang
terpelanting,
tersapu,
terdampar,
terbentur cadas dalam tajam terik menyengat,
seketika sepoi angin bangunkan kembali meliukliuk mencari arah
demi terus antarkan diri seumpama buih arungi luapan kali

kau daun matang tertiup angin terhempas di tanah asing
terus cari jadi diri. pada tongtong sampah. Pada tamantaman kota
dalam guratan nasib yang makin membelit
tenggelamkanmu dalam mimpi tidur panjang
dan pada titik nol, kau terbangun. memori menarinari
selembar demi selembar kau buka memori itu
pada tanah tandus hamparan sabana gersang
seutas ranting kerontang sebatang cabang keropos seonggok pohon lapuk
kau tembangkan semua lirik laras kisahmu
hingga begitu kuat bisikan merayu kembali ke tanah itu
ya, tanah itu. dan kau tetap sehelai daun dari recup di antara recup

kau-waktu seirama dalam lantunan laras
di tanah asing bisikan memori merayu
kembali ke tanah yang jelmakan kau
tanah itu tanah airmu

Puri Serpong, 1 June 2014

0 komentar:

Posting Komentar