Tidak Ada yang Benar-benar
Mengabarkan
Oleh Pilo Poly
Pada
kesempatan ini, tepatnya tadi siang pukul 13.00 WIB, saya dan beberapa kawan
lain dari komunitas berkumpul di KSI. Tujuan hari ini adalah menemui salah satu
sesepuh KSI Humam S. Chudori di kediaman beliau. Dan membiracakan banyak hal
tentang menulis.
Pertemuan ini sendiri sudah
direncakan jauh hari karena mengingat pada selasa, (27/5), adalah hari di mana
tanggal tak dapat berkata-kata. Umpama perempuan yang lagi haid, jika diajak sembahyang,
maka keluar dari mulutnya “lagi
datang bulan.”
Perjanjian sedikit meleset. Kami
berangkat tepat saat jam merangkak di angka 1 lewat beberapa menit. Deru sepeda
motor meninggalkan sekretariat KSI di Jln Waru 1, Pamulang. Menembus kesibukan
jalanan yang berdebu, licin dan macet.
Kami sampai satu jam kemudian di
alamat Pak Humam. Di rumah teduh itu, kami diterima dengan hangat. Anak-anak
Pak Humam satu persatu mendekati kami dan mencium tangan kami seolah-olah Pak
Humam telah berpesan pada anak-anaknya bahwa, jika ada tamu yang datang,
hendaklah memberi salam pada mereka.
Rumah itu kecil, hangat dan, penuh
jejak-jejak pembelajaran. Buku-buku yang tertata rapi di ruang tamu setinggi 2
meter memperlihatkan, ada banyak ilmu yang telah lama tersesak di situ, dan seperti
merindukan seseorang datang dan mulai membacanya.
Saya dan kawan-kawan lain memang tak
sempat memilah-milah buku-buku itu yang menurut pengakuan Pak Humam ada sekitar
700 judul buku. Kami hanya mendengarnya berbicara tentang banyak hal. Tentang
puisi, cerpen, novel bahkan Agama.
Pak Humam S. Chudori sendiri adalah
seorang Sastrawan yang menamatkan pendidikannya
SMEA di Pekalongan dengan Beasiswa dari KDH Jawa Tengah. Lalu hijrah ke Jakarta
pada 1978, pernah menjadi Seski Bidang Litbang, Sekretaris, dan Bendahara di
KSI Pusat.
Selain itu, buku-buku beliau pun
sangat beragam. Dari kumpulan cerpen, puisi, bahkan novel antara lain; kumpulan
cerpen Rumah yang Berkabung (Yayasan
Bina Komunikasi, Jakarta 1984), Empat
Melogok Dunia (Yayasan Sastra Kita, Jakarta, 1986), Dua Dunia (Restu Agung, Jakarta, 2005), Barangkali Tuhan Sedang Mengadili Kita (Restu Agung, Jakarta 2005).
Novelnya antara lain; Bukan Hak Manusia
(Pustaka Insan Madani, Yogyakarta 2007), Sepiring
Nasi Garam (Pustaka Insan Madani, Yogyakarta, 2007), Ghuffron (Republika, Jakarta, 2008), Shobrun Jamil (Republika, Jakarta, 2010) dan beberapa antologi
cerpen, dan sajak.
Di sela-sela obrolan hangat itu, Pak
Human sendiri mengapresiasi meningkatnya anggota di Komunitas Sastra Indonesia
Tangsel. Hal itu tampak dari gurat ceria yang menyembul dari wajahnya. Ia juga
bercerita KSI punya sejarah sendiri tentang kusut-banyaknya anggota. Datang dan
pergi. Tak ada yang benar-benar ingin berbagi.
Tapi, dengan bergeraknya KSI di
Tangsel, Pak Human sendiri menyakinkan bahwa nanti dari perkumpulan yang
positif ini, akan lahir penulis-penulis yang baharu. Yang memperhatikan banyak
hal tentang kesemrawutan kehidupan di luar sana. Tidak bergaya-gaya dalam bahasa.
Tidak hanya ingin menarsiskan dirinya saja. Tapi kembali pada hakikat bahwa
menulis untuk mengabarkan kepedihan orang-orang yang tertindas.
Tak terasa, waktu telah bergerak
sedemikian cepat. Saya dan beberapa kawan lain minta izin pulang pada Pak Human,
dan berharap pada kesempatan lain Pak Human S. Chudori akan hadir ke
Sekretariat KSI Tangsel untuk mengisi beberapa materi yang nanti akan
dicurahkan pada anggota lain.
Perpisahan
itu sendiri tepat pada pukul 17.00 WIB dengan penyerahan sebuah buku kumpulan
puisi terbaru Pak Human S. Chudori dengan judul Perjalanan Seribu Airmata.*Pilo
good job, senang rasanya ksi tangsel bisa menggeliat lagi setelah beberapa musim mengeram dalam kebisuan ...
BalasHapussalam sastra,
Sip, Bro. Mantap :)
Hapuskeren mas, sayang tak ikut bersua
BalasHapusTerima kasih Mas Heru sudah berhadir :)
HapusSip mantap.
BalasHapusbagus informasinya...
BalasHapusTerima kasih :)
HapusinsyaALLAH jika ada kesempatan saya akan hadir ke 'camp' KSI Tangsel, ingin juga silaturahmi dengan keluarga besar KSI Tangsel, salam buat keluarga besar KSI Tangsel
BalasHapusTerima kasih, Pak Humam. Kami menunggu kedatangan Pak Humam di sekretariat sederhana ini :)
Hapus