Relevansi Nilai-Nilai Sastra Bagi Masyarakat Modern

Jose Ortega Y Gasset
Oleh Tika D. Pangastuti

Pertama-tama kita perlu memahami konsep "modern", baru kemudian kita melihat apakah nilai-nilai yang terkandung dalam kesusastraan mempunyai tempat atau arti didalam masyarakat itu sendiri.

Konsep mengenai modern dapat berbeda-beda dan tergantung pada tanggapan kita masing-masing mengenai sifat modern itu. Bermula dari dari konsep modern tersebut, kita dapat mengkaji peranan kesusastraan ditengah kehidupan masyarakatnya.

Menurut Jose Ortega Y Gasset, kata "modern"mengungkapkan kesadaran tentang hidup baru, yang lebih unggul adri yang lama, sekaligus suatu seruan yang mengharuskan kita untuk berada dipuncak zamannya. Untuk orang yang "modern" dan tidak "modern" berarti jatuh di bawah taraf sejarah.! (The Revolt of the masses, W. W. Norton & company, New York, 1957, hlm 32)

Bagaimanapun masih harus dicatat perbedaan-perbedaan pandangan mengenai kapan dimulainya dunia modern itu. Menurut tanggapan yang umum, dunia modern di Eropa telah dipersiapkan di zaman pertengahan, dimulai sejak Renaissance (abad 14-16) melalui zaman pencerahan (Aufklarung) abad ke 18 dan 19 yang berlaku sampai sekarang. Secara ekonomis dunia modern kira-kira sama dengan dunia kapitalisme). Ada pula yang melihatnya sejak abad ke 17 dengan pertumbuhan ilmu modern dan filsafat Descartes. Ada juga yang menganggapnya mulai dengan revolusi industri di Inggris pada abad ke-18.

Perkembangan ilmu alam yang pesat dan memesonakan meninggalkan pengaruhnya yang luas dan dahsyat pada cara berpikir, pandangan dan pendirian orang. Ilmu berusaha menguraikan kenyataan yang ada sampai pada unsur-unsur yang paling kecil dan  merumuskan secara pasti hukum-hukum yang mendasari peristiwa alam. Cara berpikir tersebut menimbulkan pengutamaan rasionalisme berakibat pada pemikirantang  tentang perkembangan masyarakat sejauh tentang tradisi,adat istiadat, moral, hukum dan agama.

Cara berpikir dibidang hukum dan kemasyarakatan itu kemudian menjurus ke pertumbuhan gagasan tentang kedaulatan rakyat, demokrasi, kemanusiaan, dan kepentingan individu. Bersamaan dengan itu timbul gerakan-gerakan untuk memperoleh kebebasan dalam berpikir dan berkepercayaan serta kebebasan pers dan hak berkumpul, berpendapat dan mengadakan pemogokan. Di dalam lapangan moral, ukuran bagi kebaikan tidak diambil dari ayat-ayat kitab suci melainkan diserahkan kepada masing-masing individu, karena menurut keyakinan pada saat itu pada dasarnya manusia dilahirkan sebagai makhluk yang baik.

Di zaman modern itupula, perhatian orang lebih tertuju ke dunia dari pada ke akhirat. Pandangan orang menjadi optimis dan mengharapkan terbentuknya dunia yang  harmonis.

Lalu, apa kini relevansi nilai-nilai sastra bagi masyarakat modern demikian itu?
Dalam menjawab pertanyaan ini perlu berhati-hati supaya jangan melakukan generalisasi. Yang dinamakan kesusastraan terdiri dari beribu-ribu karya sastra yang didalam suatu periode menunjukan bermacam-macam tema, yang terungkap dalam gaya pribadi. Apabila didalam itu terkandung nilai yang tinggi dan rendah tidak saja ditentukan oleh kriteria resmi dan baku, melainkan tergantung pula dari kriteria, selera dan kebiasaan membaca kelompok-kelompok pembaca dari tingkat masyarakat, serta suasana hidup yang berbeda-beda.

Didalam masyarakat modern, perhatian umum tertuju pada kekinian dan keduniawian.Kesusastraan cenderung mencatat pengalaman yang terjadi di dalam kehidupan yang nyata. Seperti abad ke-19 di Eropa amat kuat menonjol aliran realisme yang membatasi pengertiannya pada kejadian-kejadian nyata ditengah masyarakat. Yang ditampilkan adalah segi-segi jasmaniah dan materialistis di dalam kehidupan sosial dan kekeluargaan. Juga mengemukakan masalah-masalah kemasyarakatan yang besar sehingga realisme itu menyangkut pula nilai-nilai yang idealistis, seperti pada roman-roman yang ditulis oleh Charles Dickens dan Honore de Balzac.

Hikmah relisme ini untuk menangkap kebenaran pada pengalaman hidup secara terus terang, jujur, dan wajar yang ada di dalam kelanjutan perkembangannya dalam aliran naturalisme menjurus ke pengabaian norma-norma kepatutan hidup kemasyarakatan yang umum. Kaitannya dengan nilai sastra, di zaman realisme kekuasaan bertugas sebagai alat pencatat kejadian yang objektif yang memuaskan pembaca di dunia modern yang tertarik oleh cara berpikir yang rasional dan kemuajuan ilmu pengetahuan.

Dewasa ini kita mendambakan masyarakat Indonesia yang modern. Kita ingin mengejar ketertinggalan kita dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya, supaya kita bisa sejajar, dan kalau mungkin juga beberapa langkah lebih maju dari bangsa-bangsa lain di dunia. Perkembangan ke arah tahap modern itu masih terasa lamban, kita cenderung melihat sebab-sebab keterlambatan itu pada hambatan-hambatan proses sejarah dan kendala demografi.

Bagaimana kini kedudukan dan nilai-nilai kesusastraan ditengah masyarakat?
Kesusastraan cenderung tersisih dari perhatian umum karena tidak langsung melayani kepentingan kemajuan materi. Paling jauh hanya kalangan-kalangan yang berpretensi sastra yang sanggup menghibur dan mengisi waktu senggang yang diterima sebagai bacaan yang berharga. Sejajar dengan kedudukan musik pop yang menjadi kegemaran umum pada generasi muda maupun yang tua, sastra pop menjadi bacaan umum yang laris terjual kepada publik. orang rupanya merasa terganganggu oleh pemikiran yang terlalu dalam tentang kehidupan yang terkandung dalam karya sastra dan karena itu penerbitan buku-buku sastra secara komersial tidak menguntungkan. 

Terjadi suatu rantai negatif yang tidak ada putus-putusnya yang berakibat negatif pada kedua belah pihak, pada kesusastraan dan masyarakat disekelilingnya. Karena kesusastraan tidak menjadi perhatian masyarakat, maka masyarakat tidak menerima dampak nilai-nilai sastra yang dapat mengangkat derajat kebudayaan dan peradabannya. Sebaliknya karena masyarakat tidak menaruh perhatian kapada kesusastraan, kesusastraan sendiri tidak mendapat rangsangan untuk meningkatkan nilainya menjadi hasil kebudayaan dan peradaban yang besar.

Nilai-nilai yang terkandungg didalam kesusastraan akan berpengaruh kepada masyarakat modern. kalau kita mempunyai tanggapan lain daripada arti modern bagi masyarakat. Modern disini dikaitkan dengan tahap perkembangan pandangan dunia serta pengalaman hidup.

Proses modern menurut pandangan ini, sudah mulai waktu anak sebagai anggota masyarakat telah mempelajari ilmu bumi dan sejarah. Kejadian di masa kini dalam pandangannya mempunyai dimensi masa lalu, yang tidak hanya berkaitan dengan sejarah bangsanya sendiri, tetapi dengan langsung atau tidak langsung berkaitan dengan sejarah-sejarah bangsa lain di dunia. Dimensi masa lampau itu bahkan ada pertalian dengan sejarah kemanusiaan seluruhnya.

Disamping itu manusia dan masyarakat modern ditandai kesadarannya akan dimensi ruang dan waktu yang meluas dan mendalam itu. sebagai individu atau kelompok ia telah mengatasi wawasan dunia yang primitif yang berpusat pada kepentingan diri sendiri atau situasi diri sendiri.

Kemajuan industri, teknik dan teknologi dalam rangka tanggapan "modern" ini lebih banyak berperan sebagai sarana dan prasarana manusia di masyarakat modern, bukan ciri dari inti kemodernan. Kalau kita berlangkah salah, sarana dan prasarana peradaban itu justru dapat menjerumuskan masyarakat kepada primitivisme dengan menggunakannya untuk pembinaan kemanusiaan lewat perang atau kemunduran dengan menyesatkan idealisme orang lewat propaganda dan disinformasi.

Didalam masyarakat modern kesusastraan dapat berkembang dengan subur dan nilai-nilainya dapat dirasakan manfaatnya oleh umum. Karena kesusatraan sendiri mengandung potensi-potensi kearah keluasan kemanusiaan dan semangat hidup yang semesta itu. Pada karya-karya yang berhasil itu, kesusastraan itu merupaka ekspresi total pribadi manusia yang meliputi tingkat-tingkat pengalaman biologi, sosial, intelaktual, dan religius. Didalam kesusastraan nilainya diperoleh dari pengucapan diri pengarang, bukan hanya pengarang sebagai manusia individu, melainkan juga sebagai manusia yang berdiri ditengah masyarakat, manusia pemikir dan manusia yang menghayati suasana kedekatannya kepada Allah sebagai sumber kehidupan. Pancaran diri utuh dan lengkap secara jasmani dan rohani yang kita harapkan ada sebagai suatu nilai di dalam kesusastraan.*

0 komentar:

Posting Komentar